Pagi itu matahari
bersinar dengan cerahnya. Jam dinding menunjukkan pukul setengah tujuh pagi.
Giza bersiap berangkat ke sekolahnya dengan Pak Anton, sopir kesayangannya.
Giza adalah siswi kelas 12 di SMA Kartini. Orangnya baik, pintar, sederhana,
dan mudah bergaul, meskipun kadang-kadang bloon juga sich. Karena mudah
bergaulnya itu dia punya banyak teman, diantaranya Feza, Deka, Chika, Tita, dan Aji.
“Pak,
nanti jemputnya agak sorean ya.? Sekitar
setengah tiga. Soalnya nanti ada les tambahan.” Kata Giza.
“Oke deh.! Pak Anton tunggu
disini.” Jawab Pak Anton.
“Okelah
kalo begitu, hati-hati di jalan Pak..”
Teriak Giza.
“Hai
Gi.. tumben enggak bareng sama duo kembar??”
Tanya Chika.
“Oh..
mereka. Katanya sih masih ada urusan, jadinya berangkat belakangan. By the way kalian
kok akur sih.?” Tanya Giza.
“Yah..
Giza. Kita kan udah janji untuk akur selamanya, demi persahabatan kita.” Jawab
Chika.
“Iya
Giz, lagian kita sudah temenan lama masa harus musuhan. Dan kalau musuhan aku nggak
ada temennya dong.!” Jelas Tita.
“Iya
deh, masuk yuk, keburu lonceng bunyi nih.” Ajak Giza.
Mereka
bertigapun berjalan masuk ke ruang kelas. Tetapi mereka dikejutkan oleh duo kembar
dan Aji yang sudah siap mengageti Giza, Chika, dan Tita. Duarrr..!!! Otomatis Giza, Chika, dan Tita kaget setengah
mati.
“Eh
copot copot, siapa lu...e..siapa lu!” Latah Tita kumat.
“Feza,
Deka, Aji, ngapain sih, ngagetin aja. Nggak punya kerjaan aja kalian ini!”
Bentak Giza.
“Maaf
Giz, soalnya kalian ditunggu lama sih, jadinya main gini deh,” Jelas Deka.
“Terserah
deh, awas ya kalau kalian seperti ini lagi.” Ancam Chika.
“Ngomong-ngomong
tadi kamu bilang berangkat belakangan, tapi kok sudah di sini sih?” Tanya Giza.
“Maksudnya
belakangan itu, kita...
“Maksudnya
gini lho Giz, kita berangkat belakangan itu berangkatnya lewat belakang bukan
lewat depan. Nih, nemenin siAji. Katanya kalau lewat depan dia bisa celaka.
Kamu tahu kan siapa?” Sela Deka mendahului kakaknya Feza.
“Wah,
Deka parah nih, suka nyerobot orang. Kakaknya aja diserobot, apalagi kita.”
Kata Chika.
“Eh
bukan nyerobot, Cuma bantu ngomong aja. Soalnya kakakku itu kalau mau ngomong
sesuatu lama banget sih, jadinya sebagai adik yang baik, aku bantu aja.” Jelas
Deka.
“Maksud
kamu gengnya Rangga ya? Yang kata temen-temen cinta mati ama Giza terus benci
mati ama Aji. Kenapa sih dia itu benci banget sama kamu Ji?” Tanya Tita.
“Sebenere
bukan bukan benci, tapi cuman opo yo? Aku juga ndak tahu kok!. Lha wong dia
dulu yang benci ma aku, bukan aku dulu.” Jawab Aji dengan logat Solonya.
“Udah
deh, masuk yuk! Keburu ada Pak Tomi.” Ajak Feza.
Akhirnya
mereka berenam masuk kelas dan duduk di bangku masing-masing menunggu guru mereka
datang. Tak lama kemudian datanglah Pak Tomi dan pelajaranpun dimulai.
...☺...☆...♡...☺...☆...♡...☺
Bel
istirahat berbunyi, seperti biasa Giza duduk di taman tengah sekolah sambil
membaca komik favoritnya. Ya, sambil ketawa-ketawa sendiri juga. Secara
komiknya lucu. Tak disangka Giza, Rangga datang menghampirinya.
“Hai
Za.. boleh gabung nggak? itung-itung nemenin kamu yang lagi sendiri.”
Sapa Rangga.
“Boleh
aja. Silahkan duduk.” Jawab Giza.
“Makasih
Za. Eh, tadi aku lihat kamu ketawa sendiri
lho. Emang kenapa Za?” Tanya Rangga.
“Enggak
apa-apa
kok. Aku kan lagi baca komik lucu, jadinya ketawa deh. Kata orang-orang
ketawa itu kan sehat, jadi kenapa harus dipendam kalau mau ketawa, kan enggak
enak. Tertawa aja sepuasnya.” Terang Giza.
“Tapi
jangan keseringan, nanti dikira gila ketawa sendiri.” Ujar Rangga.
“Ah,
enggak mungkin. Aku masih sehat, paling kamu yang gila lihat aku ketawa
sendiri. Ya kan?.” Kata Giza.
“Bener
Giz, aku emang udah gila. Aku nggak tahan kalau sehari aja nggak lihat kamu.
Jujur Giz, aku suka sama kamu. Aku cinta sama kamu, tapi kamu gimana sama aku?”
Tanya Rangga.
“Gimana
apanya, kita kan temen. Aku nggak pengen diantara pertemanan kita ada yang
namanya cinta. Bagi aku cinta antara temen itu lebih baik daripada cinta yang
mengarah pada hubungan lain. Aku dan kamu bakal tetep jadi temen. Oke!” Jawab
Giza.
“Giz,
aku bercanda kok!. Tapi sebenarnya aku memang sangat mencintai kamu Giz. Aku
ingin kamu itu jadi milik aku. Tapi, apa kamu juga memiliki perasaan yang sama
dengan aku. Andai kamu tahu Giz, aku udah lama nyimpen cinta yang terpendam ini
ke kamu. Aku harap kamu bakal mengerti suatu saat nanti dan kamu juga akan
membalasnya.” Gumam Rangga sambil melamun.
“Helloo..
Ngga, Rangga. Do you hear me?” Tanya Giza sambil melambaikan tangannya di depan
muka Rangga.
“Eh
iya. Sorry. Nggak apa-apa kok Za. Oh ya, tadi aku inget Bu Rini nitip pesen ke
kamu. Beliau bilang les tambahannya di cancel, katanya beliau tadi masih ada
urusan penting. By the way kamu nanti dijemput jam berapa?” Tanya Rangga.
“Aku
tadi sih bilang sama Pak Anton suruh jemput jam setengah tiga. Tapi, kalai
nanti pulang cepet ya aku pinjem hp nya
Chika aja buat ngasih tahu Pak Anton.” Jelas Giza.
“Tapi
kalau nanti Chika nggak bawa hp trus Pak Anton nggak jemput, mau nggak pulang
bareng aku?” Ajak Rangga.
“Kalau
aku bareng kamu Raka gimana?” Tanya Giza.
“Ya
biar naik angkot aja. Kalau dia marah emang gue pikirin. Jadi gimana mau
nggak?” Tanya Rangga.
“Ya
udah deh, mau aja daripada nggak ada yang jemput trus nggak pulang.” Jawab
Giza.
“Okelah
kalo begitu. See you nanti ya...” Kata Rangga.
Siangnya
mau nggak mau Giza pulang bareng Rangga. Betapa senangnya hati Rangga saat itu.
Namun, Rangga sendiri nggak tahu apakah saat itu Giza juga senang atau biasa
saja. Ah... biarkan waktu yang kan menjawab semua. Pikir Rangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar